Menag Nasaruddin Pimpin Rapat Perdana Amirulhajj di Jeddah

RMBANTEN.COM - Jeddah, Info Haji – Menteri Agama Nasaruddin Umar selaku Amirulhajj Indonesia 1446 H/2025 M langsung tancap gas sesaat tiba di Arab Saudi. Pada Jumat (30/5), Menag memimpin rapat teknis perdana bersama rombongan Amirulhajj di Kantor Urusan Haji (KUH) Jeddah.
Rapat turut dihadiri Naib Amirulhajj Romo Syafi’i, jajaran eselon I dan II Kemenag, perwakilan Badan Pengelola Haji (BPH), dan 22 Musytasyar Dini—termasuk ulama perempuan—serta tim sekretariat Amirulhajj.
Bukan Simbolis, Tapi Amanah Negara
Menag mengingatkan seluruh tim bahwa kehadiran mereka bukan sekadar simbolis.
“Ini bukan hanya kunjungan biasa. Kita mengemban amanah negara untuk memastikan jemaah mendapat pelayanan terbaik. Kita harus satu langkah, satu strategi, dan satu komitmen,” tegasnya.
Ia juga menekankan bahwa tugas Amirulhajj mencakup aspek diplomasi, penguatan reputasi pelayanan haji Indonesia, hingga respons cepat atas dinamika lapangan.
“Keberadaan kita harus dirasakan manfaatnya. Mari kita buktikan bahwa Amirulhajj bukan hanya nama, tapi amanah,” tandasnya.
Fokus Layanan Lansia dan Difabel
Beberapa isu strategis dibahas dalam rapat. Salah satunya terkait mobilisasi jemaah dari hotel ke Arafah, lalu ke Muzdalifah dan Mina.
Menag meminta perhatian serius terhadap titik-titik krusial yang rawan kemacetan dan kelelahan, khususnya bagi jemaah lansia dan difabel.
“Kita akan bahas tuntas skema murur, tanazul, dan safari wukuf. Ini bentuk komitmen kita memberi perlindungan kepada jemaah rentan,” jelasnya.
Koordinasi dengan Syarikah dan Otoritas Saudi
Menag juga menyampaikan hasil pertemuan dengan delapan syarikah dan Wakil Menteri Haji Arab Saudi. Pemerintah Saudi dikabarkan siap turun langsung jika penyedia layanan mengalami kendala.
“Ada kesepahaman yang baik. Tapi kita juga harus paham batasan hukum nasional Saudi. Maka komunikasi lintas tim sangat penting,” ujarnya.
Ulama Perempuan Dilibatkan Jawab Isu Privat Jemaah
Dalam rapat juga dibahas peran penting 22 Musytasyar Dini, sebagian di antaranya merupakan ulama perempuan. Menag menekankan pentingnya pendekatan fikih yang responsif terhadap kebutuhan jemaah perempuan.
“Kita harus hadir untuk menjawab persoalan privat yang selama ini sulit diungkapkan. Kehadiran ulama perempuan sangat penting,” ucapnya.
Ékobis 4 hari yang lalu

Kaamanan | 1 hari yang lalu
Warta Banten | 6 hari yang lalu
Warta Banten | 6 hari yang lalu
Pulitik Jero | 5 hari yang lalu
Nagara | 19 jam yang lalu
Ékobis | 2 hari yang lalu
Ékobis | 4 hari yang lalu
Warta Banten | 2 hari yang lalu
Ékobis | 1 hari yang lalu