Dari Kesultanan ke Provinsi Modern, Begini Sejarah Lahirnya Banten

RMBANTEN.COM - Tangse, HUT Banten - Dua puluh lima tahun sudah Banten berdiri sebagai provinsi. Namun akar sejarahnya jauh lebih tua — menembus masa kejayaan Kesultanan Islam di abad ke-16.
Di hari ulang tahun yang ke-25, semangat Sultan Maulana Hasanuddin kembali dihidupkan: iman, keberanian, dan kepemimpinan.
Dari Jawa Barat ke Provinsi Sendiri
Banten resmi menjadi provinsi pada 4 Oktober 2000, setelah disahkannya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2000 tentang Pembentukan Provinsi Banten.
Sebelum itu, wilayah ini merupakan bagian dari Provinsi Jawa Barat. Aspirasi pemisahan muncul karena kuatnya keinginan masyarakat untuk mempercepat pembangunan dan menegaskan identitas daerah yang memiliki sejarah panjang, budaya khas, serta karakter religius.
Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) menandatangani undang-undang tersebut, dan pada tanggal itu pula ditetapkan sebagai Hari Jadi Provinsi Banten. Sejak saat itu, setiap 4 Oktober diperingati sebagai HUT Banten.
Serang Jadi Ibu Kota, Warisan Sultan Jadi Semangat
Pusat pemerintahan ditetapkan di Kota Serang, bukan tanpa alasan. Dari kota inilah sejarah Banten dimulai — tempat berdirinya Kesultanan Banten yang dipimpin Sultan Maulana Hasanuddin, putra Sunan Gunung Jati, pendiri Kesultanan Cirebon.
Kesultanan Banten pernah menjadi pusat perdagangan dan dakwah Islam terbesar di Asia Tenggara, menjalin hubungan dagang dengan India, Arab, hingga Eropa. Jejak kejayaan itu masih terasa di kawasan Banten Lama, yang kini menjadi tempat ziarah wajib setiap peringatan HUT provinsi.
Peringatan HUT Dimulai dari Ziarah dan Doa
Tradisi ziarah ke makam Sultan Maulana Hasanuddin di Banten Lama menjadi simbol penghormatan terhadap sejarah. Setelah itu, pemerintah provinsi menggelar dzikir dan doa bersama di Masjid Raya Al-Bantani, KP3B Curug, diikuti dengan upacara resmi dan rapat paripurna istimewa DPRD Banten.
Gubernur Banten Andra Soni, yang baru menjabat pada 2025, menegaskan bahwa HUT ke-25 bukan sekadar peringatan administratif, melainkan momentum untuk menyatukan kembali semangat keislaman, kebudayaan, dan pembangunan ekonomi.
“Banten bukan hanya wilayah administratif. Ia adalah warisan iman dan keberanian dari para pendiri negeri ini,” ujar Andra Soni dalam sambutannya.
Dari Rakyat untuk Banten, dari Banten untuk Indonesia
Sejak berdiri, Banten kini memiliki 8 daerah otonom:
Kabupaten Serang, Pandeglang, Lebak, Tangerang, Kota Cilegon, Kota Tangerang, Kota Serang, dan Kota Tangerang Selatan.
Perjalanan panjang ini membuktikan bahwa Banten terus tumbuh menjadi provinsi strategis — jembatan antara Jawa dan Sumatera, serta penopang ekonomi nasional melalui industri, pertanian, dan pendidikan.
Perayaan HUT kali ini juga diisi dengan pameran investasi, job fair, lomba olahraga antar OPD, tarian kolosal, dan malam penganugerahan penghargaan daerah.
Refleksi 25 Tahun: Dari Sejarah Menuju Masa Depan
Dua puluh lima tahun bukan waktu singkat. Di usia seperempat abad, Banten dituntut untuk menjaga keseimbangan antara warisan spiritual dan tantangan modernitas.
Semangat Sultan Hasanuddin dan doa para ulama menjadi pondasi bagi langkah ke depan.
“Banten tidak boleh kehilangan jati diri. Sejarahnya adalah cahaya, masa depannya adalah tanggung jawab kita bersama,” ujar seorang tokoh masyarakat Banten Lama.
Selamat Hari Ulang Tahun ke-25 Provinsi Banten
4 Oktober 2000 – 4 Oktober 2025
Dari tanah para sultan, untuk Indonesia yang lebih maju.
Penulis: Tim Redaksi
Patandang | 6 hari yang lalu
Hukum | 3 hari yang lalu
Warta Banten | 5 hari yang lalu
Warta Banten | 6 hari yang lalu
Patandang | 3 hari yang lalu
Ékobis | 2 hari yang lalu
Kabudayaan | 5 hari yang lalu
Warta Banten | 4 hari yang lalu
Ékobis | 20 jam yang lalu