Muhammadiyah Tidak Pandai Berteriak NKRI Harga Mati, Tapi Mempraktekkan dalam Amal Nyata
RMBanten.com - Jakarta - Orang Muhammadiyah tidak pandai beretorika, sehingga jarang Muhammadiyah berteriak NKRI Harga Mati, jarang juga bilang Bhinneka Tunggal Ika.
Muhammadiyah mempraktekkan NKRI Harga Mati dan Bhinneka Tunggal Ika itu dalam perbuatan nyata yang mencerdaskan, mencerahkan, dan memajukan.
Begitu disampaikan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir, dalam Tabligh Akbar Muhammadiyah Ranting Sawangan, Depok, Jawa Barat, Minggu (24/9)
Menurut Haedar, persyarikatan Muhammadiyah menjelang usia 111 tahun pada 12 November nanti, telah menjelma menjadi satu-satunya organisasi kemasyarakat yang memiliki pengkhidmatan terbesar di dunia.
Muhammadiyah bersama ‘Aisyiyah telah memiliki 173 Perguruan Tinggi, 20.000 lebih TK/PAUD, ribuan sekolah/madrasah, 127 rumah sakit, 365 klinik/balai kesehatan, hingga ribuan sekolah/madrasah.
Amal Usaha Muhammadiyah tersebut juga banyak yang memberikan pelayanan di daerah mayoritas non muslim, bahkan mancanegara.
"Meski pengkhidmatan Muhammadiyah terhadap umat, bangsa, dan kemanusiaan semesta telah begitu besar, masih banyak masyarakat yang kurang mengenal kiprah Persyarikatan. Itulah cara Muhammadiyah membangun. Muhammadiyah itu inklusif, Muhammadiyah itu NKRI," ujar Haedar.
"Muhammadiyah ini tidak pandai beretorika, jarang Muhammadiyah berteriak NKRI Harga Mati, jarang bilang Bhinneka Tunggal Ika, tapi Muhammadiyah mempraktekkan NKRI Harga Mati dan Bhinneka Tunggal Ika itu dalam perbuatan nyata yang mencerdaskan, mencerahkan, dan memajukan. Dan itu dirasakan betul (oleh masyarakat),” sambung Haedar mengutip laman muhammadiyah.or.id.
Dalam Tabligh Akbar Muhammadiyah Ranting Sawangan, Depok, Jawa Barat, Ahad (24/9), Haedar juga menyinggung peran Muhammadiyah hingga ke daerah-daerah terpencil yang minim sentuhan dari Pemerintah, salah satu misalnya Pulau Arar, Sorong, Papua Barat.
"Di situlah Muhammadiyah hadir ketika bahkan negara masih minimal hadir. Muhammadiyah hadir untuk masyarakat luas. Itulah yang sering kita suarakan ketika kami ke luar negeri, Muhammadiyah For All, Muhammadiyah untuk semua,” imbuhnya.
Lebih lanjut, kata Haedar, keberhasilan Muhammadiyah menghadirkan pengkhidmatan di atas kemandirian organisasi, buah dari keikhlasan para pegiatnya. Karena itu, Haedar berpesan agar setiap pegiat Muhammadiyah tidak surut semangat untuk merawat dakwah di Persyarikatan dengan semangat tajdid dan rahmatan lil ‘alamin.
"Maka dakwah kita harus menyebar dan meluas, tidak boleh menyempit, apalagi hanya di lingkungan sendiri,” demikian tutup Haedar.
Parlemen 6 hari yang lalu
Politik | 4 hari yang lalu
Hukum | 6 hari yang lalu
Ekbis | 6 hari yang lalu
Hukum | 5 hari yang lalu
Keamanan | 3 hari yang lalu
Parlemen | 5 hari yang lalu
Hukum | 6 hari yang lalu
Keamanan | 3 hari yang lalu
Nasional | 5 hari yang lalu