Kartini dari Banten

RMBANTEN.COM - DIA tidak seterkenal Kartini. Bahkan namanya nyaris tenggelam oleh tokoh-tokoh perempuan lain dari Jawa dan Sumatera. Tapi Maria Ulfah Santoso adalah perempuan pertama Indonesia yang menjadi menteri. Itu tahun 1946, di kabinet Sjahrir II.
Lahirnya di Serang, Banten. Tahun 1911. Dari keluarga bangsawan. Ayahnya Bupati Kuningan. Ibunya dari keluarga Djajadiningrat. Tapi ia tidak memilih tinggal di istana. Ia memilih turun ke jalan. Berjuang.
Sarjana Hukum dari Belanda
Ia sekolah hukum di Leiden, Belanda. Tahun 1929. Lulus 1933. Waktu perempuan di sini baru sedikit yang bisa baca-tulis. Ia malah jadi sarjana hukum perempuan pertama dari Hindia Belanda.
Pulang ke Tanah Air, ia tidak buru-buru duduk manis di kantor pemerintahan. Ia justru mengajar. Bahasa Jerman dan Ketatanegaraan. Di sekolah Muhammadiyah. Di Batavia. Perempuan Belanda saja belum tentu bisa.
Perempuan Harus Sekolah Tinggi
Ia tahu ilmunya terlalu mahal kalau cuma jadi pejabat. Maka ia pakai untuk memperjuangkan perempuan. Di kongres perempuan Indonesia, ia bicara soal pendidikan perempuan. Ia dorong agar perempuan bisa sekolah setinggi-tingginya.
Ia ikut mendirikan badan perlindungan perempuan dalam perkawinan. Ia juga mendorong aturan untuk janda dan anak yatim dari pegawai sipil. Saat jadi menteri sosial, ia bentuk kantor urusan buruh—yang kini kita kenal sebagai Kemnaker.
Usulan Hari Ibu dan Kiprah Politik
Maria Ulfah juga yang mengusulkan agar 22 Desember ditetapkan sebagai Hari Ibu. Tahun 1959. Saat itu orang masih sibuk dengan politik luar negeri dan ideologi. Ia sibuk dengan hal yang lebih dekat ke dapur rakyat: perlindungan sosial.
Ia juga sempat jadi calon anggota Volksraad. Duduk di meja yang sama dengan Soekarno dan tokoh BPUPKI. Ia tidak hanya ikut rapat. Ia bersuara.
Refleksi: Sudah Sejauh Apa Kita?
Kalau Maria Ulfah hidup hari ini, mungkin ia akan heran. Sudah 79 tahun Indonesia merdeka, tapi posisi perempuan di ruang publik masih harus diperjuangkan. Jumlah perempuan di parlemen masih segitu-segitu saja. Di birokrasi, apalagi.
Di Banten, tempat ia lahir, berapa perempuan yang jadi kepala daerah? Berapa yang duduk di DPRD? Di perusahaan daerah? Di kampus-kampus?
Kita terlalu sering merayakan perempuan dalam baliho dan seminar, tapi lupa memberi mereka akses dan kekuasaan.
Saatnya Kartini dari Banten Bangkit Lagi
Kartini sudah cukup banyak kita kenang. Sekarang saatnya kita hidupkan kembali Kartini dari Banten—bukan dengan bunga, tapi dengan kebijakan. Bukan dengan upacara, tapi dengan keberanian membuat ruang setara untuk semua.
Maria Ulfah sudah menunjukkan caranya. Tinggal kita mau atau tidak.
Nagara 6 hari yang lalu

Info haji | 3 hari yang lalu
Pendidikan | 5 hari yang lalu
Info haji | 5 hari yang lalu
Pulitik Jero | 3 hari yang lalu
Pulitik Jero | 2 hari yang lalu
Pamenteun | 4 hari yang lalu
Warta Banten | 3 hari yang lalu
Warta Banten | 3 hari yang lalu
Warta Banten | 3 hari yang lalu