Warta Banten

Pulitik Jero

Parlemen

Hukum

Ékobis

Peristiwa

Kaamanan

Nagara

Patandang

Mancanagara

Pamenteun

Galeri

Gaya Hirup

Kabudayaan

Pendidikan

Kaséhatan

Calon Dewan

Info haji

Indeks

Jaipong Gembyung

Oleh: Dahlan Iskan
Minggu, 16 Februari 2025 | 08:02 WIB
Kemeriahan perayaan Cap Go Meh di Bogor, Jumat 14 Februari 2025.-jabarprov-jabarprov
Kemeriahan perayaan Cap Go Meh di Bogor, Jumat 14 Februari 2025.-jabarprov-jabarprov

RMBANTEN.COM - Disway - Lesunya hari raya Imlek tahun ini tidak terasa di Bogor. Saya kembali hadir di perayaan Cap Go Meh di kota hujan itu Rabu lalu. Gerimis pun tidak. Mendung yang bergelayut di langit justru menambah sejuknya udara.


Mungkin karena Presiden Turkiye Thayeb Erdogan ke Bogor hari itu. Mungkin juga karena Kien Lin turun ke jalan. Yang jelas Tuhan tidak menurunkan hujan di Bogor sore itu --kalau memang salah satu tugas Tuhan adalah menurunkan hujan di Bogor.


Ini perayaan Cap Go Meh ke-20 di Bogor. Sejak tumbangnya orde baru.


Yang pertama dulu pun ditentang hebat oleh masyarakat. Terutama oleh tokoh klenik Bogor yang Anda sudah tahu: almarhum Ki Gendheng Pamungkas. Gendheng sampai menantang-nantang. Juga mengerahkan kemampuan spiritualnya untuk menggagalkan acara itu.


Panitia Cap Go Meh sampai kewalahan. Untung ada seorang perwira pertama yang turun tangan. Pangkatnya masih kapten. Kesatuannya Kopassus. Jabatannya: Danden Sandi Yudha di Grup 3 Kopassus. Markasnya di Cijantung, tapi wilayahnya sampai Bogor.


Nama kapten itu: Farid Ma'ruf. Sejak kapten Farid sudah begitu berani menghadapi tantangan besar. Problem besar. Bahkan menghadapu tokoh besar. Begitulah Farid. Pun sampai di kemudian hari. Selalu menghadapi tantangan. Tidak pernah mencoba menghindar. Apalagi lari.


Saat bertugas sebagai Danrem Sulteng di Palu urusan teroris di Poso ia tuntaskan. Jabatan penting terakhirnya adalah Pangdam V Brawijaya. Menjelang Pilpres ia diganti. Konon dinilai terlalu dekat dengan calon wapres Mahfud MD --sesama tokoh Madura.


Belakangan saya dengar bukan itu. Ia terlalu apa adanya dalam bersikap dan berbicara --belum tentu atasan suka.


Dengan turun tangannya kapten Farid, perayaan Cap Go Meh berlangsung. Tahun berikutnya saya hadir di perayaan yang sama. Ikut pawai. Ikut karnaval dewa-dewa dari seantero Indonesia. Hujan. Basah kuyub. Sampai tengah malam. Aman. Tidak ada lagi protes. Acara itu sudah dianggap perayaan, festival budaya dan hiburan.


Sejak itu tiap tahun Cap Go Meh di Bogor berlangsung meriah. Ketua panitianya tetap Arifin Himawan. Aktivis Tionghoa di Bogor. Pengurus pusat barongsai --sejak saya masih jadi ketua umumnya. Ia punya bisnis kuliner: Pempek Surken di Jalan Surken --Surya Kencana.


Tahun ini Cap Go Meh di Bogor boleh dibilang "meledak". Puluhan ribu manusia memadati pusat kota.


Mantan First Lady, Bu Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid hadir. Saya cium tangannyi.


Pejabat Gubernur Jabar, Bey Triadi Machmudin hadir. Ia sangat bijaksana: pidatonya hanya satu menit. Ia tahu: suasana yang ingar-bingar tidak cocok untuk pidato yang panjang.


Ups... Saya lihat ada Farid Ma'ruf. Pakai seragam militer. Ada dua bintang di pundaknya: mayor jendral.


Panitia mendudukannya di depan. Deretan tengah. Pasti bukan hanya karena dua bintang. Juga karena jasa besarnya 20 tahun sebelumnya.


Mayjen Farid melihat di deretan samping ada seorang tentara gagah. Ganteng. Tinggi. Atletis. Tidak pakai baju dinas. Jabatannya Danrem Bogor. Bintangnya satu --salah satu Danrem yang berpangkat Brigjen: Faisol Izuddin Karimi. Ia kolonel pertama di angkatannya yang naik pangkat jadi jenderal. Umurnya kini 47 tahun. Asal Gresik.


Farid melihatnya. Farid berdiri. Farid minta sang Danrem duduk di tempat duduknya. Ia sendiri bergeser ke kursi deretan kanan.


"Saya memang bintang dua, tapi ia punya jabatan, saya tidak," ujar Farid. Saya memang bertanya pada Farid mengapa ia bersikap jenderak bintang satu itu lebih penting dari dirinya.


Yang juga membuat Cap Go Meh kali ini istimewa adalah  Kien Lin. Tidak setiap tahun Kien Lin boleh turun ke jalan. Bentuknya seperti barongsai tapi bukan. Kien Lin adalah kendaraan dewa. Ini mitos di Tiongkok. Sejak ribuan tahun lalu.


Setiap kali dewa turun ke bumi, kendaraannya adalah Kien Lin. Dalam satu malam Kien Lin bisa menempuh jarak langit ke bumi pulang pergi.


Saya tidak tahu mana yang lebih tua: Kien Lin atau Bouraq.


Anda sudah tahu Bouraq: kendaraan seperti kuda terbang yang membawa Nabi Muhammad dari Mekah ke Jerussalem. Dari Yerussalem terbang ke langit lapis ketujuh. Di situ Muhammad menerima wahyu kewajiban salat lima waktu. Lalu balik lagi ke Mekah. Semua itu berlangsung hanya kurang dari satu malam.


Melihat Kien Lin turun ke jalan, saya langsung tahu beda Kien Lin dengan barongsai. Kien Lin begitu magis. "Tahun 1950-an sudah ada. Tua sekali," ujar Himawan.


Kien Lin warisan berharga milik perguruan bela diri Bangau Putih Bogor. Cabang perguruan ini tersebar di banyak kota. Juga di luar negeri.


Ketua Bangau Putih yang sekarang adalah Gunawan Rahardja. Ia generasi kedua. Waktu Gunawan masih sekolah di California ayahnya sering ke Amerika: agar bisa terus melatih anaknya itu.


Kien Lin hanya tampil. Tidak ikut parade. Yang ikut adalah dewi laut dari Taiwan: Dewi Mazu. Anda sudah tahu apa kehebatan Dewi Mazu. Mereka diiring oleh 70 orang yang langsung datang dari salah satu klenteng di Taiwan.


Tentu parade ini tidak serba budaya Tionghoa. Di barisan depan ada grup tari Sunda yang saya tidak tahu namanya.


Yang jelas amat menarik. Mungkin kreasi baru. Kombinasi jaipong Karawang dengan gembyung dari Kuningan selatan: atraktif dan dinamis. Banyak jenakanya. Terutama yang diperankan oleh para penari laki-laki tua --atau ber make up tua-- yang menggoda penari wanita muda yang sedang bergoyang-goyang gemoy.


Tahun ini saya tidak lagi ikut pawai. Saya harus kembali ke Jakarta. Saya harus cari cara untuk bisa menerobos puluhan ribu massa. Tidak mudah. Saya, bersama bung Hazairin, mantan pimpinan Radar Bogor, akhirnya harus berjalan kaki satu jam. Barulah bisa keluar dari kepadatan.


Malam itu juga, saya balik Jakarta. Saat Anda membaca tulisan ini mungkin saya sudah mendarat di Arab Saudi.rajamedia

Komentar:
BERITA LAINNYA
Foto: Disway
Madinah Kabur
Rabu, 19 Februari 2025
--
Kerambol Madinah
Selasa, 18 Februari 2025
Presiden Prabowo dalam pidatonya pada HUT ke-17 Gerindra- Foto:  akun instagram @prabowo]
Gosip N.d.a.s
Senin, 17 Februari 2025
Luhut Binsar Pandjaitan bersama Prabowo Subianto dalam sebuah kesempatan.--
Luhut - Luhut
Sabtu, 15 Februari 2025
--
Berkah Dermawan
Jumat, 14 Februari 2025
Menteri BUMN Erick Thohir--
Danantara 1.000 T
Kamis, 13 Februari 2025