Warta Banten

Pulitik Jero

Parlemen

Hukum

Ékobis

Peristiwa

Kaamanan

Nagara

Patandang

Mancanagara

Pamenteun

Galeri

Gaya Hirup

Kabudayaan

Pendidikan

Kaséhatan

Calon Dewan

Info haji

Indeks

Gunakan Waktu atau Ditinggalkan Waktu

Oleh: H. Dede Zaki Mubarok
Rabu, 12 Maret 2025 | 05:36 WIB
Ilustrasi kajian agama bada subuh - Dok. Redaksi -
Ilustrasi kajian agama bada subuh - Dok. Redaksi -

RMBANTEN.COM - RAMADAN itu datang dan pergi.
 

Setiap tahun kita menantikannya. Setiap tahun kita berjanji akan lebih baik dari tahun sebelumnya.
 

Tapi sering kali, Ramadan hanya lewat begitu saja.
 

Hari pertama penuh semangat. Sahur terjaga. Tarawih berjamaah. Tilawah ditarget.
 

Lalu masuk pertengahan bulan. Masjid mulai sepi. Target tilawah mulai tertinggal. Shalat malam mulai dilupakan.
 

Hingga akhirnya, Ramadan hampir selesai.
 

Kita baru sadar: waktu berjalan begitu cepat.
 

Lalu kita menyesal. Kenapa tidak dari awal memanfaatkan waktu ini dengan baik?
 

Kesempatan yang Hilang
 

Ramadan itu soal kesempatan.
 

Kesempatan memperbanyak ibadah. Kesempatan memperbaiki diri. Kesempatan mendekatkan diri kepada Allah.
 

Tapi berapa banyak yang benar-benar memanfaatkan kesempatan ini?
 

Kita sering sibuk dengan hal-hal kecil, tapi lupa pada yang lebih besar.
 

Sibuk berburu takjil, tapi lupa berburu pahala.
 

Sibuk update status Ramadan, tapi lupa memperbaiki hati.
 

Sibuk mengeluh harga bahan pokok naik, tapi lupa bahwa korupsi adalah penyebab utamanya.
 

Sibuk berbuka bersama rekan kerja, tapi lupa menyantuni yang benar-benar membutuhkan.
 

Kata Hasan Al-Bashri:

"Wahai anak Adam, engkau hanyalah kumpulan hari. Ketika satu hari berlalu, maka sebagian dari dirimu juga pergi."
 

Ramadan adalah pengingat. Jika hari ini berlalu tanpa amal saleh, berarti kita kehilangan sesuatu yang tidak akan kembali.
 

Ditinggalkan Waktu
 

Ada dua jenis orang saat Ramadan.
 

Pertama, mereka yang benar-benar memanfaatkan waktunya.
 

Mereka menjaga shalat tepat waktu. Memperbanyak sedekah. Menghidupkan malam dengan ibadah.
 

Kedua, mereka yang menunda-nunda.
 

Hari pertama semangat. Hari kedua mulai kendor. Hari ketiga sibuk dengan urusan lain. Hingga akhirnya Ramadan selesai tanpa perubahan apa pun.
 

Lalu mereka menyesal.
 

Padahal, kata Umar bin Khattab:

"Hisablah dirimu sebelum engkau dihisab."
 

Jangan sampai kita termasuk orang yang hanya mengejar Ramadan di akhir-akhirnya.
 

Seperti orang yang baru sadar betapa berharganya emas setelah emas itu hilang.
 

Wajah Bangsa
 

Bangsa ini juga seperti itu.
 

Kita sering diberi kesempatan, tapi gagal memanfaatkannya.
 

Diberi kesempatan membangun negeri, tapi sibuk memperkaya diri.
 

Diberi kesempatan memperbaiki ekonomi, tapi lebih sibuk membangun citra.
 

Diberi kesempatan menjadi pemimpin yang jujur, tapi justru memilih jalan korupsi.
 

Bulan ini harusnya menjadi momen perbaikan. Bukan hanya bagi diri sendiri, tapi juga bagi bangsa.
 

Jika Ramadan mengajarkan kejujuran, kenapa korupsi masih ada?
 

Jika Ramadan mengajarkan kesederhanaan, kenapa pejabat justru pamer kemewahan?
 

Jika Ramadan mengajarkan kepedulian, kenapa rakyat kecil masih dibiarkan susah?
 

Kata Ali bin Abi Thalib:

"Jangan sibuk mengumpulkan dunia, tapi lupa menyiapkan bekal akhirat."
 

Jangan sampai Ramadan hanya jadi ritual tahunan.
 

Jangan sampai kita hanya menyesali waktu yang sudah hilang.
 

Karena waktu akan terus berjalan.
 

Dan kita hanya punya dua pilihan: menggunakannya dengan baik, atau ditinggalkan olehnya.rajamedia

Komentar:
BERITA LAINNYA
Ilustrasi kajian subuh - Redaksi -
Waktu Terbatas, Amal Tak Terbatas
Selasa, 11 Maret 2025
--
Saatnya Berhenti Ribut
Senin, 10 Maret 2025
Ilustrasi --
Lapar Sementara, Rakus Sampai Kapan?
Minggu, 09 Maret 2025
Ilustrasi --
Jangan Sampai Lupa!
Sabtu, 08 Maret 2025
Foto ilustrasi -
Sedekah Kok Takut Miskin
Kamis, 06 Maret 2025