Warta Banten

Pulitik Jero

Parlemen

Hukum

Ékobis

Peristiwa

Kaamanan

Nagara

Patandang

Mancanagara

Pamenteun

Galeri

Gaya Hirup

Kabudayaan

Pendidikan

Kaséhatan

Calon Dewan

Info haji

Indeks

Waktunya Bersih-Bersih Hati

Oleh: H. Dede Zaki Mubarok
Jumat, 14 Maret 2025 | 05:00 WIB
Ilustrasi -
Ilustrasi -

RMBANTEN.COM - PUASA itu menahan lapar dan haus. Itu yang semua orang tahu.
 

Tapi ada yang lebih sulit: menahan marah. Menahan iri. Menahan dendam.
 

Dan itu sering terlupakan.
 

Ramadan datang. Masjid penuh. Tarawih semarak. Sedekah berlimpah.
 

Tapi hati? Masih penuh rasa benci.
 

Ada yang masih menyimpan dendam lama. Ada yang masih iri melihat orang lain lebih sukses. Ada yang masih sulit memaafkan.
 

Padahal, ibadah Ramadan bukan cuma soal perut yang kosong. Tapi juga soal hati yang bersih.

 

Dendam dan Iri Itu Berat

 

Kata Imam Al-Ghazali:
"Iri hati itu membakar amal kebaikan seperti api membakar kayu."
 

Bayangkan. Kita puasa sebulan penuh, tapi amalnya habis karena hati masih dipenuhi iri.
 

Kita rajin tarawih, tapi pahalanya hilang karena masih sulit memaafkan.
 

Kita sibuk berburu Lailatul Qadar, tapi doa-doa terhalang oleh hati yang kotor.
 

Rugi.
 

Membersihkan Hati Itu Melelahkan, Tapi Menyembuhkan
 

Sama seperti menyapu rumah. Awalnya malas. Tapi setelah bersih, terasa nyaman.
 

Begitu juga dengan hati.
 

Belajar memaafkan memang berat. Tapi setelahnya, hati jadi lebih ringan.
 

Berhenti iri memang sulit. Tapi setelahnya, hidup jadi lebih tenang.
 

Kata Ali bin Abi Thalib:
"Jadilah orang yang paling baik dalam menyembunyikan rasa sakit, paling pemaaf dalam menghadapi kesalahan, dan paling bahagia dengan kebahagiaan orang lain."
 

Karena hidup ini terlalu singkat untuk dihabiskan dengan rasa benci.
 

Ramadan dan Wajah Bangsa
 

Bangsa ini juga sama.
 

Banyak yang bicara persatuan, tapi sibuk mencari musuh.
 

Banyak yang bicara keadilan, tapi sibuk menjatuhkan lawan.
 

Banyak yang bicara kebersamaan, tapi iri jika orang lain lebih maju.
 

Lihat politik kita. Dendam panjang seolah tak pernah selesai.
 

Lihat media sosial. Isinya saling menyerang. Saling menjatuhkan.
 

Padahal Ramadan datang untuk mengajarkan ketulusan.
 

Jika negara ini mau maju, pemimpinnya harus belajar memaafkan.
 

Jika masyarakat ingin damai, mereka harus belajar menghilangkan iri.
 

Kata Gus Dur:
"Tidak penting apapun agama atau sukumu, kalau kamu bisa berbuat baik untuk semua orang, itulah agamamu."
 

Ramadan Jangan Berlalu Begitu Saja
 

Kita bisa menahan lapar. Kita bisa bangun malam untuk tahajud. Kita bisa bersedekah lebih banyak.
 

Tapi bisakah kita membersihkan hati?
 

Ramadan ini adalah kesempatan. Sebelum waktu habis. Sebelum semuanya terlambat.rajamedia

Komentar:
BERITA LAINNYA
Ilustrasi kajian subuh - Redaksi -
Waktu Terbatas, Amal Tak Terbatas
Selasa, 11 Maret 2025
--
Saatnya Berhenti Ribut
Senin, 10 Maret 2025
Ilustrasi --
Lapar Sementara, Rakus Sampai Kapan?
Minggu, 09 Maret 2025
Ilustrasi --
Jangan Sampai Lupa!
Sabtu, 08 Maret 2025