Warta Banten

Pulitik Jero

Parlemen

Hukum

Ékobis

Peristiwa

Kaamanan

Nagara

Patandang

Mancanagara

Pamenteun

Galeri

Gaya Hirup

Kabudayaan

Pendidikan

Kaséhatan

Calon Dewan

Info haji

Indeks

Tangsel Kejar Target Kota Bebas TBC Sebelum 2030

Laporan: Iyan Sopian
Sabtu, 21 Juni 2025 | 14:21 WIB
Kepala Dinkes Tangsel, dr. Allin Hendarlin - Humas Tangsel -
Kepala Dinkes Tangsel, dr. Allin Hendarlin - Humas Tangsel -

RMBANTEN.COM - Tangerang Selatan, Bebas TBC – Pemerintah Kota Tangerang Selatan (Tangsel) menunjukkan taji dalam upaya mengeliminasi tuberkulosis (TBC). Dalam lima tahun terakhir, cakupan pengobatan penyakit menular mematikan ini melonjak tajam, bahkan sempat menembus angka 126 persen.
 

Capaian gemilang itu dicatat oleh Dinas Kesehatan (Dinkes) Tangsel sejak tahun 2021. Dimulai dari 63 persen, naik menjadi 70 persen pada 2022, dan melonjak ke 126 persen pada 2023, lalu 124 persen pada 2024. Untuk 2025, per 13 Juni, angka capaian telah mencapai 51 persen, dan diprediksi akan terus meningkat.
 

“Kami optimis bisa menjadikan Tangsel kota bebas TBC sebelum 2030. Ini sejalan dengan target nasional dan global,” ujar Kepala Dinkes Tangsel, dr. Allin Hendarlin, Jumat (20/6/2025).

 

8.720 Kasus, Tapi Jangan Panik!
 

Total kasus TBC yang tercatat sejak awal 2024 hingga pertengahan 2025 mencapai 8.720 kasus, terdiri dari 6.205 kasus sepanjang 2024 dan 2.515 kasus dari Januari hingga 13 Juni 2025.
 

Namun dr. Allin menekankan, tingginya angka bukan alasan untuk panik.
 

“Semakin banyak kasus ditemukan, artinya surveilans kita bekerja. Ini alarm, bukan teror. Yang terpenting, pasien harus diobati hingga tuntas,” tegasnya.
 

Ngider Sehat & Investigasi Kontak Jadi Senjata Andalan
 

Lonjakan capaian pengobatan ini tak lepas dari program skrining aktif Dinkes Tangsel. Di antaranya:
 

1. Ngider Sehat

2. Cek Kesehatan Gratis (CKG)

3. Investigasi kontak erat pasien TBC

4. Terapi pencegahan TBC laten
 

Program-program ini menyasar komunitas, fasilitas layanan kesehatan, dan kelompok berisiko tinggi.
 

“TBC bukan hanya soal klinis, tapi juga sosial. Edukasi dan keterlibatan komunitas sangat penting,” tambah dr. Allin.
 

Tantangan Tangsel: Pasien Pindah, Putus Obat
 

Sebagai kota satelit dengan mobilitas tinggi, Tangsel menghadapi tantangan khusus. Banyak pasien TBC adalah pendatang yang berpindah tempat tinggal, membuat pengawasan menjadi sulit. Selain itu, masih ada pasien yang menghentikan pengobatan dini karena merasa sembuh.
 

“Kami terus berupaya menekan kasus putus berobat. Karena jika tak tuntas, pasien bisa menularkan dan penyakit bisa kembali lebih kuat,” kata dr. Allin.
 

Edukasi berkelanjutan menjadi kunci. Pengobatan TBC memerlukan minimal enam bulan tanpa putus, agar bakteri benar-benar musnah dan tidak menular ke orang lain.

 

Sumber: Pemkot Tangselrajamedia

Komentar: