Warta Banten

Pulitik Jero

Parlemen

Hukum

Ékobis

Peristiwa

Kaamanan

Nagara

Patandang

Mancanagara

Pamenteun

Galeri

Gaya Hirup

Kabudayaan

Pendidikan

Kaséhatan

Calon Dewan

Info haji

Indeks

Sedekah Kok Takut Miskin

Bab - 7

Oleh: H. Dede Zaki Mubarok
Kamis, 06 Maret 2025 | 05:01 WIB
Foto ilustrasi -
Foto ilustrasi -

RMBANTEN.COM - ADA orang yang takut miskin karena bersedekah. Ada juga yang tetap kaya meski terus memberi. Sementara itu, ada yang sudah kaya raya, tapi masih saja menumpuk harta dan enggan berbagi. Lalu, sebenarnya siapa yang lebih bahagia?
 

Saya teringat Pak Slamet. Seorang tukang roti keliling di Kota Serang. Setiap hari ia mendorong gerobaknya, menjajakan roti di gang-gang sempit. Penghasilannya pas-pasan. Kadang cukup untuk makan, kadang hanya cukup untuk membeli bahan agar bisa terus berjualan.
 

Tapi ada satu hal yang selalu ia lakukan setiap Jumat: bersedekah. Ia sisihkan beberapa potong roti untuk anak-anak yatim di dekat rumahnya. "Biar rezekinya ngalir terus, Mas," katanya sambil tersenyum.
 

Saya tertegun. Orang yang hidup pas-pasan justru ringan tangan dalam berbagi. Sementara di luar sana, ada orang-orang dengan rekening miliaran, tapi masih berpikir seribu kali untuk membantu sesama.
 

Tak Ada yang Jatuh Miskin karena Sedekah
 

Rasulullah pernah bersabda, “Sedekah tidak akan mengurangi harta.” (HR. Muslim). Justru, semakin banyak memberi, semakin bertambah rezekinya. Itu hukum alam. Itu janji Tuhan.
 

Lihat saja orang-orang yang rajin bersedekah. Mereka seperti punya "rekening langit" yang tak pernah kosong. Entah dalam bentuk kesehatan, kelancaran usaha, atau rezeki yang datang dari arah tak terduga.
 

Sebaliknya, lihat juga mereka yang sibuk menumpuk harta, tapi selalu merasa kurang. Takut rugi. Takut kehilangan. Takut jatuh miskin. Padahal, apa yang mereka kumpulkan tak akan dibawa mati.
 

Belajar dari Pemimpin yang Tahu Arti Berbagi
 

Dulu, Umar bin Khattab, seorang khalifah besar, rela memanggul sendiri karung gandum demi rakyatnya yang kelaparan. Tapi sekarang, ada pemimpin yang lebih sibuk menambah kekayaan daripada berbagi kepada rakyatnya.
 

KH. Ahmad Dahlan pernah berpesan, “Hidup-hidupilah Muhammadiyah, dan jangan mencari hidup di Muhammadiyah.” Artinya, jadilah pemimpin yang melayani, bukan yang hanya ingin dilayani.
 

Buya Hamka juga pernah berkata, “Kalau hidup sekadar hidup, babi di hutan juga hidup. Kalau bekerja sekadar bekerja, kera di hutan juga bekerja.” Artinya, jika pemimpin hanya mengejar jabatan tanpa manfaat untuk rakyat, apa bedanya dengan makhluk lain yang hanya sekadar hidup?
 

Kita tidak kekurangan orang kaya. Kita kekurangan orang yang mau berbagi. Kita tidak kekurangan pejabat. Kita kekurangan pemimpin yang peduli.
 

Ramadhan: Waktu untuk Berkaca
 

Ramadhan ini adalah momen terbaik untuk merenung. Untuk bertanya pada diri sendiri: Sudah cukupkah kita berbagi? Sudah cukupkah kita berkontribusi? Atau masih sibuk mengumpulkan untuk diri sendiri?
 

Imam Al-Ghazali pernah berkata, “Jika engkau ingin mengetahui seberapa besar cinta seseorang pada dunia, lihatlah seberapa berat tangannya melepaskan hartanya.”
 

Jika kita masih berat memberi, mungkin bukan kita yang memiliki harta, tapi harta yang memiliki kita.
 

Jadi, masih takut miskin karena sedekah?rajamedia

Komentar:
BERITA LAINNYA
Foto: Ilustrasi
Sabar Itu Lapar
Selasa, 04 Maret 2025
Foto: Ilutrasi kajian subuh
Menjaga Lisan dan Hati
Senin, 03 Maret 2025
Ilustrasi --
Puasa Sebagai Benteng Diri
Minggu, 02 Maret 2025
Ilustrasi Ngakali Rakyat-
Ngakali Rakyat, Lagi dan Lagi
Sabtu, 01 Maret 2025
Opini, Zaki, Ramadan, Seri 2, Kejujuran Hati
Ramadan dan Kejujuran Hati
Sabtu, 01 Maret 2025