Warta Banten

Pulitik Jero

Parlemen

Hukum

Ékobis

Peristiwa

Kaamanan

Nagara

Patandang

Mancanagara

Pamenteun

Galeri

Gaya Hirup

Kabudayaan

Pendidikan

Kaséhatan

Calon Dewan

Info haji

Indeks

Dzikir, Doa, dan Sibuk di Mal

Oleh: H. Dede Zaki Mubarok
Rabu, 26 Maret 2025 | 05:05 WIB
---
---

RMBANTEN.COM - RAMADAN sudah di ujung. Suara takbir sebentar lagi berkumandang.
 

Tapi lihatlah, jalanan macet. Pusat perbelanjaan penuh. Tukang parkir sibuk. Kasir kelelahan.
 

Bukan karena orang berburu pahala, tapi berburu diskon.
 

Seperti biasa, 10 hari terakhir Ramadan lebih identik dengan belanja ketimbang ibadah.
 

Padahal, Rasulullah justru semakin sibuk berdzikir dan berdoa.
 

Demi Lailatul Qadar? Nanti Dulu...
 

Malam yang lebih baik dari seribu bulan?
 

Tentu tahu. Tentu pernah dengar. Tapi berapa banyak yang benar-benar mencari?
 

Masjid? Sepi.
Mal? Penuh.
 

Padahal, ini waktu paling mustajab.
 

Rasulullah mengajarkan doa ini:

"Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu ‘anni."
(Ya Allah, Engkau Maha Pemaaf, mencintai pemaafan, maka maafkanlah aku.)
 

Tapi yang lebih sering terdengar?
"Masih ada stok ukuran XL, Mbak?"
 

Kalau Pemimpin Ikut Berdoa...
 

Di Arab, raja dan para menterinya sering terlihat ikut i’tikaf.
 

Di Indonesia?
 

Entahlah. Sibuk persiapan Lebaran, mungkin.
 

Padahal, pemimpin yang banyak berdoa akan lebih berhati-hati.
 

Umar bin Khattab pernah berkata:
"Aku tidak takut doaku tidak dikabulkan. Aku hanya takut jika aku tidak berdoa."
 

Seandainya para pemimpin kita banyak berdzikir dan berdoa, mungkin keputusannya lebih bijak.
 

Mungkin kebijakan lahir bukan dari survei elektabilitas, tapi dari munajat di sepertiga malam.
 

Masih Mau Sibuk dengan yang Lain?
 

Ramadan hampir habis.
 

Waktu berlalu.
 

Akhir Ramadan bukan soal berapa banyak barang yang kita beli. Tapi seberapa banyak doa yang kita panjatkan.
 

Masih ada waktu.
 

Mau berbelanja lagi atau berdoa lebih banyak?rajamedia

Komentar: