Puasa Sebagai Benteng Diri

RMBANTEN.COM - SAYA ingat ketika masih kecil, puasa terasa seperti tantangan yang berat. Menahan lapar, haus, dan godaan jajanan pasar yang lewat di depan rumah.
Tapi semakin dewasa, saya sadar: puasa bukan hanya tentang menahan diri dari makan dan minum. Tapi juga tentang mengendalikan diri.
Saya sering bertemu dengan orang yang sukses dalam bisnis, politik, atau karier. Tapi ada satu kesamaan di antara mereka: mereka yang bisa mengendalikan diri, biasanya lebih sukses daripada yang tidak.
Puasa mengajarkan itu.
Menahan Nafsu, Mengendalikan Diri
Puasa itu latihan. Bukan hanya latihan menahan lapar, tapi juga latihan mengendalikan diri. Menahan emosi yang meledak-ledak. Menahan kebiasaan buruk yang sering dianggap sepele. Menahan keinginan untuk selalu ingin lebih dan lebih.
Banyak orang hebat jatuh bukan karena kurang pintar, tapi karena tidak bisa mengendalikan diri. Tidak bisa mengendalikan ambisi. Tidak bisa mengendalikan nafsu.
Ada pemimpin yang akhirnya tumbang karena tidak bisa menahan diri dari korupsi. Ada pengusaha yang bangkrut bukan karena bisnisnya buruk, tapi karena gaya hidupnya yang tak terkendali.
Puasa datang sebagai benteng. Benteng dari diri kita sendiri.
Puasa dan Kepekaan Sosial
Saya pernah bertemu dengan seorang sahabat yang bilang, "Kalau bukan karena puasa, saya tidak pernah benar-benar merasakan bagaimana rasanya jadi orang miskin."
Benar juga. Saat perut kosong di siang hari, kita jadi lebih bisa membayangkan bagaimana rasanya hidup tanpa kepastian makan.
Puasa membangun benteng lain: kepekaan sosial.
Di bulan ini, kita diminta berbagi lebih banyak. Tidak hanya uang atau makanan, tapi juga perhatian. Ramadan bukan sekadar ritual pribadi, tapi juga momentum memperbaiki hubungan sosial.
Apakah Benteng Ini Bertahan?
Masalahnya, banyak orang hanya membangun benteng ini di bulan Ramadan. Begitu lebaran tiba, benteng itu runtuh lagi.
Padahal, kalau kita bisa menjaga semangat puasa setelah Ramadan, hidup kita bisa lebih baik. Kita bisa lebih sabar. Lebih terkendali. Lebih peduli.
Dan mungkin, kalau lebih banyak orang bisa membangun benteng ini secara kolektif, negara ini juga akan lebih baik.
Setidaknya, itulah harapan saya setiap Ramadan datang.
Semoga puasa kita tahun ini benar-benar menjadi benteng diri. Bukan hanya untuk sebulan. Tapi untuk seterusnya.
Warta Banten | 5 hari yang lalu
Pamenteun | 5 hari yang lalu
Kaamanan | 6 hari yang lalu
Warta Banten | 5 hari yang lalu
Pulitik Jero | 5 hari yang lalu
Ékobis | 5 hari yang lalu
Info haji | 5 hari yang lalu
Hukum | 4 hari yang lalu
Kaamanan | 5 hari yang lalu