Ketum Golkar Bahlil: Yang Menang Pilkada Sakit Dada, yang Kalah Cerai!

RMBANTEN.COM - Jakarta, Polkam – Ketua Umum Partai Golkar, Bahlil Lahadalia, tak segan menyebut Pilkada langsung lebih banyak mudarat ketimbang manfaat.
Konflik tetangga, perceraian, dan biaya politik selangit jadi alasannya. Golkar pun tengah menggodok wacana pengembalian pemilihan kepala daerah ke tangan DPRD.
Pilkada Bikin Luka, Bukan Cuma Buat yang Kalah
Dalam keterangannya di Kompleks Istana Kepresidenan, Senin (28/7), Bahlil menyebut banyak kepala daerah yang justru “sakit” meski menang Pilkada.
“Yang menang saja sakit di dada,” ucapnya sambil menepuk dadanya. “Yang kalah? Lebih parah. Bisa berantem sama tetangga, bahkan cerai sama pasangan,” tambahnya dengan nada prihatin.
Rakyat Pecah, Rumah Tangga Ambyar
Menurut Bahlil, Pilkada langsung telah menimbulkan polarisasi hingga ke level rumah tangga dan RT.
“Tetangga yang dulunya akrab, jadi saling tuding. Ada suami-istri yang cerai cuma karena beda pilihan. Masa demokrasi jadi pemicu perceraian?” katanya.
Golkar Siapkan Alternatif: Kembali ke DPRD
Partai Golkar, kata Bahlil, sejak Desember lalu sudah mengusulkan evaluasi sistem politik nasional, termasuk Pilkada.
Salah satu opsi yang dikaji: kepala daerah dipilih DPRD. Bukan rakyat langsung. Bahlil menyebut dasar hukumnya ada, sebab UUD 1945 tak mewajibkan Pilkada dilakukan secara langsung.
“Konstitusi cuma bilang harus demokratis. Nggak ada kata 'langsung' di situ,” jelasnya.
Biaya Mahal, Politik Kotor
Biaya politik dalam Pilkada juga jadi sorotan. Bahlil mengungkap banyak kandidat “dipaksa” keluar duit besar hanya untuk maju.
“Akhirnya, setelah terpilih, sibuk balikin modal. Jadilah pemimpin yang sibuk utang budi, bukan kerja,” sindirnya.
Belum Final, Tapi Arah Sudah Terlihat
Meski begitu, Bahlil menegaskan Golkar belum mengambil keputusan final. Semua skema masih dikaji.
“Masih kita godok. Tapi opsi lewat DPRD memang jadi salah satu yang sedang serius dibahas,” katanya.
Pilkada 2024 Bisa Jadi yang Terakhir?
Jika Golkar serius dorong perubahan ini, Pilkada langsung yang selama dua dekade terakhir jadi kebanggaan reformasi, bisa jadi tinggal sejarah.
Rakyat mungkin tak lagi memilih langsung, tapi melalui wakilnya di DPRD. Pertanyaannya, apakah ini langkah maju... atau mundur?
Yang jelas, Bahlil sudah melempar bola panas. Tinggal tunggu siapa yang siap menendangnya.
Pendidikan 5 hari yang lalu

Ékobis | 6 hari yang lalu
Hukum | 5 hari yang lalu
Warta Banten | 6 hari yang lalu
Patandang | 2 hari yang lalu
Warta Banten | 5 hari yang lalu
Gaya Hirup | 1 hari yang lalu
Pulitik Jero | 6 hari yang lalu
Pulitik Jero | 1 hari yang lalu
Pulitik Jero | 4 hari yang lalu