Banten

Politik

Parlemen

Hukum

Ekbis

Peristiwa

Keamanan

Nasional

Olahraga

Dunia

Opini

Galeri

Gaya Hidup

Budaya

Pendidikan

Kesehatan

Calon Dewan

Info haji

Indeks

Timah Kolektor

Oleh: Dahlan Iskan
Rabu, 08 Mei 2024 | 05:17 WIB
Pertambangan timah inkonvensional di Kabupaten Bangka Selatan, Kepulauan Bangka Belitung. -Nopri Ismi/Mongabay Indonesia-Mongabay Indonesia
Pertambangan timah inkonvensional di Kabupaten Bangka Selatan, Kepulauan Bangka Belitung. -Nopri Ismi/Mongabay Indonesia-Mongabay Indonesia

RMBANTEN.COM - Disway - RAKYAT Bangka Belitung kini punya dua doa.

 

Satu: semoga kasus korupsi timah segera tuntas agar ekonomi di sekitar itu berputar lagi.

Doa kedua: agar usulan lama tambang rakyat 6.500 hektare segera disetujui.

Tambang rakyat itu sudah lebih 5 tahun diusulkan. Usulan di tingkat daerah sudah tuntas. Semua pihak di daerah sudah setuju. Bagus. Solusi.

Pemerintah pusat masih sulit menyetujui. Sampai muncul humor di sana: DPR kini bisa lebih cepat setuju dari pada pemerintah.

Sepanjang dua doa itu belum ada yang dikabulkan, rakyat yang hidup dari timah di sana tidak lagi punya penghasilan.

Mencuri Timah pun kini sulit –karena tidak ada lagi penadah yang berani menampung hasil curian mereka.

Di sana tidak ada istilah penadah. Istilah itu sudah lebih diperhalus menjadi pengepul. ''Penadah'' kesannya negatif. ''Pengepul'' lebih terasa bisnis.

Lama-lama istilah ''pengepul'' pun menjadi negatif. Terutama kalau lagi musim penegakan hukum: para pengepul ditangkap.

Maka belakangan istilah ''pengepul'' tidak dipakai lagi. Diganti dengan istilah ''kolektor''.

Kolektorlah yang menampung timah hasil usaha rakyat. Lalu kolektor mengirim timah ke pabrik peleburan swasta.

Pabrik peleburan milik PT Timah (BUMN) tidak berani menerima bahan baku dari kolektor.

Penyebabnya Anda sudah tahu: kolektor tidak akan bisa menunjukkan dokumen asal usul barang. Dari mana. Dari tambangnya siapa. Izin tambangnya mana.

Tanpa bertanya pun PT Timah sebenarnya tahu: barang itu diambil dari lokasi tambang PT Timah sendiri.

Begitulah. Maka produksi timah swasta lebih besar daripada PT Timah. Setidaknya dalam rasio antara luas tambang dan hasil produksi.

Penambang rakyat juga selalu terombang-ambing. Kalau lagi ada masalah begini mereka memang tidak ditangkap tapi ikut mati.

Matinya bisa lama bisa juga sebentar. Kalau masalah hukum sudah reda mereka hidup lagi. Sampai ada masalah hukum berikutnya. Berulang terus begitu.

Maka tokoh-tokoh Bangka Belitung mencoba mencari jalan keluar. Mereka melihat masih ada lahan 6.500 hektare yang mengandung timah yang masih belum bertuan.

Lokasinya di Belitung Timur. Ahok rasanya ikut mendukung usulan ini. Dulu sekali.

Tanpa ada persetujuan itu maka di Bangka Belitung akan tetap ada tiga kategori tambang: N, NK, dan IK.

Tiga istilah itu datangnya dari rakyat di sana: tambang konvensional, non konvensional dan inkonvensional. Itu merujuk pada yang resmi, setengah resmi dan tidak resmi.

Maka mumpung ''injury time'' –Presiden Jokowi masih 432.000 menit, siapa tahu ayah Gibran itu juga masih akan bikin gol tambahan di soal tambang rakyat Babel.rajamedia

Komentar:
BERITA LAINNYA
Dahlan Iskan ketika antre naik speed boat dari Nusa Lembongan balik ke Bali.--
Arus Kuat
Kamis, 19 September 2024
Ekspresi anjing yang viral di medsos ketika melihat debat Donald Trump vs Kamala Harris.--
Pemakan Anjing
Rabu, 18 September 2024
Ilustrasi logo Perkumpulan Swadaya Masyarakat Rantau Melayu.--
Bangsa Keturah
Selasa, 17 September 2024
Dahlan Iskan bersama Prof Sutiman. (Disway]
Nano Sutiman
Senin, 16 September 2024
Dahlan Iskan di Cofiesta, Galaxy Mall 3, Surabaya.-HARIAN DISWAY-
Kopi Bahagia
Minggu, 15 September 2024
Wajah baru Hotel Bali Beach dan The Meru. [Foto: Disway]
Wajah Baru
Sabtu, 14 September 2024