Warta Banten

Pulitik Jero

Parlemen

Hukum

Ékobis

Peristiwa

Kaamanan

Nagara

Patandang

Mancanagara

Pamenteun

Galeri

Gaya Hirup

Kabudayaan

Pendidikan

Kaséhatan

Calon Dewan

Info haji

Indeks

Teror Kepala Babi: Pesan Kotor untuk Tempo, Candaan Dingin Hasan Nasbi

Oleh: H. Dede Zaki Mubarok
Minggu, 23 Maret 2025 | 14:17 WIB
Dede Zaki Mubarok -
Dede Zaki Mubarok -

RMBANTEN.COM  - SIAPA yang mengirim kepala babi ke kantor Tempo? Apa tujuannya? Pesan seperti apa yang ingin disampaikan?
 

Ini bukan sekadar aksi iseng. Ini teror. Bentuk intimidasi yang menjijikkan. Jika Tempo bisa dikirimi kepala babi hari ini, besok mungkin ada media lain yang mendapat kiriman lebih mengerikan.
 

Yang lebih mencengangkan, respons santai datang dari Hasan Nasbi. Pendiri Cyrus Network ini mengatakan: “Ya udah, suruh dimasak saja.”
 

Candaan? Atau sikap tak peduli terhadap ancaman nyata kebebasan pers?
 

Pernyataan “memasak” Tempo. Dalam dunia politik, istilah ini berarti membangun narasi, menggiring opini, atau bahkan menyerang media yang dianggap mengganggu kepentingan tertentu.

Jadi, apakah komentar Hasan kali ini hanya kebetulan? Atau justru menunjukkan bagaimana ancaman terhadap media bisa terjadi di dua level: teror fisik dan serangan opini?
 

Pesan di Balik Kepala Babi
 

Mengirim kepala babi bukan sekadar ancaman. Ini pesan simbolis. Dalam beberapa budaya, kepala babi digunakan sebagai peringatan keras, bahkan dianggap sebagai penghinaan.
 

Lalu, kenapa Tempo?
 

1. Karena Berani

Tempo dikenal sebagai media yang berani mengungkap berbagai skandal. Tak sedikit pihak yang gerah dengan liputan investigatif mereka.
 

2. Karena Efektif

Cara paling ampuh menekan media adalah lewat teror. Jika satu media bisa ditakuti, yang lain bisa ikut bungkam.
 

3. Karena Bisa

Sejauh ini, siapa pun yang meneror media jarang tersentuh hukum. Impunitas terhadap pelaku kekerasan terhadap jurnalis masih tinggi.
 

Dewan Pers Marah, Tapi Apakah Cukup?
 

Dewan Pers mengecam keras aksi ini. Ketua Dewan Pers menegaskan bahwa ini adalah ancaman nyata terhadap kebebasan pers. Negara harus hadir. Aparat harus segera mengusut.
 

Tapi kita tahu, kecaman saja tidak cukup.
 

Jika kasus ini berlalu tanpa konsekuensi, maka ini bisa menjadi "manual book" baru bagi mereka yang ingin membungkam media. Caranya sederhana: teror, intimidasi, lalu biarkan kasus menguap.
 

Dua Ancaman, Satu Tujuan: Membungkam Media
 

Teror kepala babi ini menegaskan bahwa ada dua cara untuk menghancurkan kebebasan pers:

 

1. Dengan kekerasan langsung → Mengirim ancaman fisik, menyerang kantor media, mengintimidasi jurnalis.
 

2. Dengan perang opini → Menyerang kredibilitas media, membangun narasi negatif, menyebarkan propaganda.

Yang pertama menciptakan ketakutan. Yang kedua membentuk persepsi publik bahwa media itu "bermasalah."
 

Kombinasi keduanya? Media bisa mati tanpa perlu dibredel.
 

Siapa Dalangnya?
 

Ini pertanyaan besar. Siapa yang merasa terganggu dengan Tempo?
 

Apakah ini ulah individu yang marah dengan pemberitaan? Atau ada kepentingan lebih besar di baliknya?
 

Satu hal yang pasti: kalau pelakunya tidak ditemukan, maka siapa pun bisa melakukan hal yang sama lagi.
 

Hari ini Tempo yang diteror. Besok bisa media lain. Lusa, mungkin jurnalis independen.
 

Jangan Anggap Remeh
 

Ini bukan sekadar kepala babi. Ini simbol ancaman terhadap kebebasan pers.
 

Komentar Hasan Nasbi yang santai menunjukkan satu hal: ancaman terhadap media sudah dianggap hal biasa.
 

Kalau kita membiarkan ini terjadi, jangan kaget kalau suatu hari kita bangun di negara tanpa media yang berani berbicara.
 

Mau seperti itu? Atau kita akan melawan?rajamedia

Komentar: